Saturday, September 6, 2014

Aspek-aspek Ekonomi Pariwisata

Dari beberapa referensi cetak maupun online, terlihat bahwa kebanyakan penulis menyebutkan aspek ekonomi pariwisata paling tidak terkait dengan 5 hal yang satu sama lain saling berhubungan. Kelima hal yang terkait aspek ekonomi pariwisata, di dalam paper ini, sebagian besar dikutip dari buku Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya yang ditulis oleh DR. James J. Spillane (1987)  dan beberapa sumber online. Berikut adalah kelima aspek tersebut:
1. Lokasi Industri Pariwisata
            Lokasi industri pariwisata mempunyai beberapa pengaruh dan akibat terkait dengan keadaan ekonomi suatu kawasan. Dari berbagai pengaruh dan akibat tersebut, ada 3 hal yang menjadi fokus dalam diskusi dalam kaitannnya dengan lokasi sebuah industri pariwisata yaitu:
       Pengaruh terhadap masyarakat daerah
Dengan dibangunnya beberapa fasilitas pariwisata seperti, hotel, restoran dan lainnya berpengaruh kepada masyarakat setempat seperti:
1)   Penyerapan tenaga kerja
Contohnya: Hotel dan restoran yang membutuhkan banyak karyawan yang sesuai dengan bidangnya.
2)  Promosi budaya daerah masyarakat
Contoh: Budaya kita akan lebih dikenal oleh masyarakat luar negeri.
3)   Pemberdayaan hasil alam masyarakat daerah
Contoh: Bahan baku dan bahan mentah untuk hotel dan restoran seperti, mebel, amentis hingga bahan makanan.
4)   Pengembangan infrastruktur pendukung didaerah
Contoh: perbaikan aksesibilitas menju objek wisata, perbaikan untuk sarana penerangan
b.       Akibat ganda pariwisata
Dengan besarnya pertumbuhan pariwisata juga berperan ganda dalam terciptanya kesempatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga menekan angka pengangguran.Contoh: disaat pariwisata tumbuh, maka industry pariwisata juga membutuhkan orang  yang andal juga dalam bidang tersebut seperti: pemandu wisata, driver pariwisata dan lainya.    

c.       Berbagai masalah dalam pariwisata
1)       Berkembangnya pola hidup yang konsumtif di kalangan masyarakat daerah wisata
2)       Berkurangnya lahan pertanian, karena perluasan kawasan wisata.
3)       Berubahnya gaya atau pola hidup sehari-hari di daerah wisata.
4)       Terganggunya kelestarian lingkungan.
5)       Tenaga kerja pribumi hanya berada pada level yang bawah.
Contoh: hanya menjadi, gardener, bellboy, cleaning service, dan lainnya.
6)       Budaya dikomersilkan.
Munculnya berbagai kesenian yang awalanya hanya dipentaskan untuk kepentingan agama, kemudian demi kepentingan wisatawan dijadikan suatu yang bersifat komersial.
Contoh: Pura umat Hindu di Bali.
7)       Bahan makanan yang tidak sesuai standar membuat pihak hotel dan restoran harus meng-import untuk bahan bakunya dari negara asal. Hal ini membuat tidak diberdayakannya hasil bumi masyarakat setempat.
Contoh: beberapa jenis sayuran dan minuman.
8)       Munculnya sex industry yang membuat masyarakat setempat terpengaruh terhadap budaya luar, sehingga melanggar dari norma-norma yang berlaku di daerah tersebut.
Contoh: banyaknya Pub dan diskotek serta tempat karaoke yang beralih fungsi.
2. Sifat Khusus Industri Pariwisata
Menurut Spillane (1987) pariwisata adalah keseluruhan rangkaian dan usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan, selama ia melakukan perjalanan wisata sampai kembali ketempat asalnya. Industri pariwisata dalam pengertian yang lain ialah industri yang berupa seluruh kegiatan pariwisata yang utuh. Batasan pengertian tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa pariwisata sebagai industri di sini dapat dipahami dengan memberikan gambaran mengenai komponen-komponen kepariwisataan dalam industri tersebut yang saling terkait satu dengan yang lain. Jadi komponen-komponen kepariwisataan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan rangkaian jasa yang kait mengait yang dihasilkan industri-industri Lain, misalnya: industri kerajinan, perhotelan, angkutan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Spillane (1987:87-88)mengatakan industri pariwisata mempunyai ciri-ciri khusus yaitu sebagai berikut:
      Produk wisata tidak dapat dipindahan.
\     Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama.
      Produk wisata memiliki beragam bentuk .
      Pembeli tidak dapat mencicipi bahkan tidak dapat menguji produk.
       Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.
Sedangkan menurut Kotler (1993:230) dalam Vicklund, secara keseluruhan produk pariwisata pada umumnya telah diakui sebagai produk jasa dengan ciri-ciri khusus sebagai berikut:
        Intangibility (Tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi pembelian.
       Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
        Variability (Berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
         Perishability (Daya tahan)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi pemintaan.
Selain itu, menurut Vellas(2008) dalam mengatkan bahwa sifat-sifat pariwisata meliputi:
      Tidak kasat mata:
Secara fisik, barang-barang yang ditawarkan adalah nyata, dapat disentuh, dilihat, diperiksa sebelum dibeli, kadang-kadang mempunyai bau yang unik dan dapat diidentifikasi.Setelah dibeli, barang menjadi milik si pembeli.Sebaliknya, jasa tidak dapat dimiliki.Jasa dilakukan dan dievaluasi berdasarkan hasil dari pengalaman yang menyenangkan atau sebaliknya.Kebanyakan produk pariwisata mempunyai unsur-unsur yang tidak nyata, seperti hotel atau pesawat udara, tetapi pariwisata menawarkan pelayanan, karena itu produk pariwisata terdiri atas aspek jasa.
      Tidak dapat disimpan
Tidak seperti barang yang nyata, kesempatan menyewakan kamar dan kesempatan menyewakan tempat duduk di pesawat udara tidak dapat disimpan atau ditumpuk untuk digunakan di masa datang. Apabila tidak digunakan pada saat itu, maka akan hilang selamanya. Produk jasa dikatakan dapat hilang atau tidak dapat disimpan.
      Penawaran yang tidak elastis
Produk pariwisata tidak elastis karena tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan permintaan, dalam jangka pendek rnaupun jangka panjang.Permintaan yang meningkat dan menurun dalam jangka pendek hanva berpengaruh kecil pada harga.Fluktuasi jangka panjanglah yang menentukan komposisi produk dan harga jualnya.Produk pariwisata tergantung pada suprastruktur yang tersedia di destinasi, seperti fasilitas jasa pelayanan, angkutan, dan akomodasi.
      Elastisitas permintaan produk pariwisata
Di sisi lain, permintaan atas produk pariwisata bereaksi dengan sangat cepat terhadap kejadian dan perubahan dalam lingkungan seperti acaman keamanan (perang, kejahatan, terorisme, dan lain lain), perubahan ekonomi (nilai tukar, resesi, dan lain-lain) dan mode yang berubah.
e.       Saling melengkapi:
Produk pariwisata bukan usaha jasa tunggal.Produk ini terdiri atas beberapa subproduk yang sating melengkapi.Produksi jasa secara keseluruhan serta mutunya tergantung dari komponen-komponen yang saling melengkapi. Kekurangan dari salah satu subproduk akan berpengaruh pada produk akhir. Hal ini masih rnerupakan salah satu kesulitan besar untuk memuaskan para pelaku pemasaran pariwisata.
      Tidak dapat dipisahkan:
Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama, tidak ada peralihan kepemilikan. Pelanggan — wisatawan — harus hadir ketika jasa dilaksanakan untuk dinikmati. Pada kenyataannya, para wisatawan sering terlibat dalam proses produksi. Keikutsertaannya dalam berlibur (kegiatan dan hiburan yang mereka nikmati) sering kali merupakan komponen penting dari keberhasilannya.Maka dari itu produksi dan konsumsi disebut sebagai tak terpisahkan.
      Heterogenitas:
Produk pariwisata disebut heterogen karena sebenarnya tidak mungkin untuk memproduksi dua jasa pariwisata yang identik.Selalu ada perbedaan dalam mutu apabila sifat dari jasa yang ditawarkan tetap konstan. Heterogenitas ini memungkinkan adanva sejumlah substitusi dalam sub-sub produk yang berbeda. Namun, hasil dan produk tidak akan pernah sama. Mengganti satu hotel dengan hotel lainnya, walaupun dari kategori yang sama, akan menciptakan pengalaman yang berbeda dan menghasilkan produk akhir yang berbeda. Pengalaman dalam hotel yang sama dapat juga berbeda. Ukuran kamar jarang sama, kamar mempunyai pemandangan dan situasi yang berbeda (misalnya, dekat tangga atau lift yang gaduh).
      Biaya tetap yang tinggi:
Harga awal untuk menyediakan unsur-unsur dasar produk pariwisata seperti angkutan (pesawat udara, kereta api, his, dan lain- lain) dan akomodasi (hotel, dan lain-lain) sangat tinggi. Investasi yang mahal dibuat tanpa jaminan bahwa investasi akan diganti dan laba akan diperoleh di masa datang.
i.         Padat karya:
Pariwisata adalah Industri manusia.Bagian dari pengalaman perjalanan adalah mutu dari pelayanan yang diterima si pengunjung dan keterampilan pegawai perusahaan pariwisata pada destinasi wisata.Maka dari itu, ciri dari produk pariwisata adalah rasio yang tinggi antara pegawai dan pelanggan, khususnya pegawai yang berhubungan dengan pelanggan.
3. Aspek Penawaran Pariwisata
a.       Proses Produksi Industri Pariwista
Penciptaan kempataan tenaga kerja yang bersifat langsung dan sangat menonjol adalah dibidang perhotelan, suatu industry jasa yang bersifat padat karya (relative terhadap modal yang ditanam. Dan bidang-bidang lain seperti , biro0biro perjalanan, pramuwisata, pusat-pusat rekreasi dan kantor-kantor pariwista pemerintah.Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri, ditunjang oleh bermacam-macam usaha di antaranya:
1)       Promosi untuk memperkenalkan objek wisata
2)       Transportasi yang lancer
3)       Kemudahan keimigrasian birokrasi
4)       Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman
5)       Pemandu wisata yang cakap
6)       Penawaran barang dan jasa dengan mutuh terjamin dan relative harga yang wajar.
7)       Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
8)       Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
b.       Pentingnya Tenaga Kerja Serta Penyediannya
Tenaga kerja dilengkapi dengan tenaga kerja pada industry penunjang pariwista, seperti perusahan kerajinan, dekorasi hotel, toko souvenir dan sebagainya.Perkembangan pariwisata sangat penting berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja.

c.       Penting Infrastuktur/Prasarana
Motifasi  mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan  permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana, yaitu prasarana  perhubungan, sarana akomodasi dan jasa-jasa, persiadaan-persedian lain yaitu sarana-sarana hotel, bar dan restoran, perjalanan wisata, agen perjalanan  dan lain.
d.       Pentingnya Kredit
Faktor-faktor penentu dari perhubungan pariwisata adalah pelbagai fasilitas (kredit Bank dan sebagainya) yang diberikan oleh pemerintah. Kemudahan untuk  pembelian tiket, menyewah hotel dan berwisata.
4. Aspek Permintaan Industri Pariwisata
            Setidaknya terdapat 3 faktor yang secara signifikan mempengaruhi permintaan (demand) industri pariwisata sebagaimana dikutip dari Spillane (1987:103-108) yaitu:
a.       Faktor Sosio-Ekonomi dan Pariwisata
1)       Undang-Undang Sosial
ILO mengatur pemberian jumlah hari libur setiap tahun. Dalam konvensi tahun 1970, ILO menetapkan libur menjadi 3 minggu. Negara maju memberikan hari libur lebih banyak karena memberikan kesempatan pada karyawannya untuk liburan.
2)       Pendapatan yang Meningkat
Meningkatnya pendapatan masyarakat berarti meningkat pula masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata. Masyarakat yang mepunyai pendapatan yang meningkat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk berwisata. Perpedaan penghasilan juga akan mempengaruhi cara berwisata seseorang. Sebagai contohnya, seseorang yang berpenghasilan lebih rendah akan melakukan perjalanan  wisata dengan cara backpacking.
3)       Pendidikan dan perasaan ingin tahu
Sekolah, radio, dan TV mengembangkan hasrat ingin tahu terhadap negara dan kebudayaan lain sehingga mendorong masyarakat untuk berwisata. Saat ini banyak acara yang menayangkan acara tentang berwisata yang menunjukkan informasi tentang keindahan alam, peninggalan sejarah, dan informasi menarik lagi.
4)       Urbanisasi dan kebutuhan untuk menghindari kebisingan kota
Kebisingan kota akan menyebabkan masyarakat mencari kegiatn untuk refreshing dan mencari kesegaran jasmani.
5)        Hasrat untuk meniru
Mendengarkan kesan-kesan liburan dari orang lain akan mengembangkan hasrat untuk berwisata. Saat kita mendengar cerita dari tetangga, saudara, maupun teman yang lain, maka kita juga akan mencoba melakukan hal yang sama.
b.       Faktor Admistrasi dan Pariwisata
Kemudahan untuk melakukan perjalanan lintas batas negara memacu masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Untuk melakukan perjalanan ke negara yang lain, kita dimudahkan dalam mendapatkan ijin tinggal. Kita bisa mempunyai visa, ataupun Visa On Arrival, ataupun bebas masuk ke negara di satu kawasan yang sama, contohnya dari Indonesia ke negara ASEAN.
c.       Faktor-faktor teknis: kemajuan dunia angkutan
1)       Angkutan Kereta Api
Kereta api di Indonesia semakin dimodernisasi dan disesuaikan dengan wisatawan dengan jalan peningkatan fasilitas, penambahan kecepatan, dan lain-lain
2)        Angkutan Mobil dan Bus
Menggunakan mobil pribadi saat melakukan perjalan wisata akan lebih memberikan kenyamanan. Untuk bus juga akan  memberikan kenyamanan ketika bus mempunyai trayek khusus dan tidak banyak berhenti di jalan.
3)       Angkutan Sungai/Laut
Pemanfaatan sungai sebagai sarana wisata dilengkapi dengan kapal (boat) yang sesuai dengan sungai tersebut. Saat ini juga makin berkembang wisata kapal pesiar (cruise ship) yang mengarungi atlantik, dan eropa.
4)        Angkutan Udara
Banyaknya kapal terbang dan semakin majunya teknologi akan mendorong masyarkat melakukan perjalanan lebih jauh. Harga tiket saat ini juga semakin murah.
5. Pasar Industri Pariwisata di Indonesia
            Di dalam Spillane (1987), disebutkan bahwa pasar industri pariwisata di Indonesia setidaknya bisa diidentifikasi dengan 3 faktor utama yaitu susunan pasar menurut penghasilan konsumen, pemasaran, dan fasilitas angkutan, pelayanan, dan pola perjananan.
a.       Penghasilan konsumen
Dalam bukunya, Spillane (1987) menyatakan bahwa wisatawan yang datang ke Indonesia bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
-          Wisatawan internasional pengeluaran tinggi
-          Wisatawan internasional pengeluaran rendah
-          Wisatawan domestik
Menurutnya, turis-turis domestic dan kelas rendah menggunakan fasilitas-fasilitas yang ditijukan untuk rakyat.Mereka bepergian memakai angkutan, ppenginapan, dan makan di restoran-restoran yang lebih murah dibandingkan imbangan mereka yang jauh lebih mewah sehingga keuntungan terhadap neraca pembayaran dan akibat yang berganda sangat minimum.Namun kalau diukur pengaruh perkapita turis domestic dan kelas rendah mungkin sekali mempunyai suatu akibat ekonomis yang lebih kuat daripada kelas tinggi.Oleh karenanya, menurut dia pengaruh ekonomi kelas rendah dan domestic mungkin sekali lebih luas dan dirasakan langsung.
b.       Pemasaran
Menurut H.F Stanley, seorang PATA Konsultan dalam Spillane (1987:116-120) marketing mix (paduan pemasaran), sebuah strategi operasi untuk mempertemukan penawaran dan permintaan, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1)       Product mix
Konsumen atau pengunjung memerlukan jenis-jenis jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu seperti hotel, rumah makan, resort, sarana olahraga, sarana untuk keperluan studi, atraksi budaya, kerajinan dan lain-lain.Hal terpenting dari pengolahan produk ini adalah pemeliharaan lingkungan alam dan peninggalan sejarah.
2)       Distribution mix
Hal ini mencakup proses pengangkutan seorang wisatawan hingga sampi ke tempat wisata.
3)       Communication mix
Konsumen atau turis harus diberitahu, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mau mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bias dilakukan dengan cara sales promotion, image promotion, pendidikan, latihan, atau penyukuhan, dan pemberian jasa penerangan pariwisata (buku-buku, dll).
4)       Service mix
Hal ini merupakan kebijakan instansi-instansi pemerintah termasuk pejabat pabean, pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisi, dan sebagainya untuk menunjang usaha menarik wisatawan.

c.       Fasilitas
Fasilitas merupakan hal penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata. Fasilitas itu melingkupi:
1)       Fasilitas angkutan
Meliputi angkutan udara, jalan raya, dan laut.
2)       Akomodasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait akomodasi adalah:
·         Nama dan lokasi
·         Jenis dan kamar tiap bangunan
·         Fasilitas yang diberikan, misalnya restoran, kolam renang, dll
·         Tarip kamar
·         Jumlah tamu (occupancy rate) per bulan
·         Jumlah karyawan menurut jenis tingkat gaji dan pendidikan
·         Masalah-masalah yang ada di hotel
·         Rencana untuk membangun/mengembangkan tempat akomodasi yang baru
·         Sumber-sumber informasi mengenai hal tersebut
3)       Pelayanan sosial
Pelayanan social meliputi;
·         Keamanan (polisi)
·         Pemadam kebakaran
·         Pelayanan kesehatan (rumah sakit dsb)
4)       Pelayanan umum
Pelayanan umum yang dimaksud disini adalah persediaan, tenaga listrik, pembuangan air, telepon, radio, telebisi, bahan bakar untuk memasak dll. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
·         Kapasitas dan kualitas system yang ada
·         Penilaian terhadap sumber-sumber air 9untuk membagun system baru)
·         Sistem pembangunan saluran air
·         Tenaga listrik
·         komunikasi

Dampak positif pariwisata bagi ekonomi
Leiper (1990) dalam Pitana & Diarta (2009:185-188) menyebutkan bahwa dampak positif pariwisata bagi perekonomiandiantaranyaadalah sebagai berikut: 
1. Pendapatan dari valuta asing
Hal ini terjadi pada wisatawan asing. Walau dibeberapa Negara pendapatan nedara dari valuta asing tidak begitu besar, namun berberapa negaa misalnya, new zeland dan Australia, pendapatan valuta asing ini sangat besar dan berperan secara signifikan.
      2. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
Surplus dari pendapatan penukaran valuta asing akan menyebabkan neraca perdagangan menjadi semakin sehat, hal ini akan mendorong suatu Negara mampu mengimpor beragam barang, pelayanan dan  modal untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.
3    3. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
Jumlah wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk local.Pekerjaan di sector pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata, karyawan hotel dan restoran, serta karyawan agen perjalanan, penyedia jasa transportasi, pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan seterusnya.
4    4. Pendapatan pemerintah
Sumbangan pendapatan terbesar dari pariwisata bersumber dari penganaan pajak.Sebagai contoh, pengenaan pajak hotel dan restoran yang merupakan bagian dari keuntungan uaha pariwisata hotel dan restoran tersebut.
5    5. Penyerapan tenaga kerja
Banyak individu yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.Pariwisata tidak dapat di pungkiri merupakan lapangan kerja yang menyerap begitu banyak tenaga kerja.
6    6. Multiplier effects
Efek multipier merupakan efek ekonomi yang yang ditimbulkan kegiatan ekonomi pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah (daerah, negara) tertentu. Jika seorang wisatawan mengeluarkan 1 USD atau mungkin 1.000 USD, uang terebut akan menjadi pendapatan bagi penerimanya, misalnya pemilik toko souvenir. Pemilik toko tersebut memakai uang tersebut seluruhnya atau sebagian untuk membeli bahan suovenirnya untuk di jual kembali di tokonya, membayar pajak, air, dan seterusnya.
7. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Wisatawan dan masyarakat lokal sering berbagi fasilitas untuk berbagi kepentingan.Banyak wisatawan mendatangkan keuntungan yang cukup besa sehingga suatu fasilitas dapat digratiskan pemanfaatanya bagi masyarakat local.Contohnya adalah wisata bahari Hanauma Bay Hawai, USA.Bagi wisatawan asing dikenakan biaya USD 5 untuk tiket masuk, sedangkan bagi wisatawan lokal dan pemegang kartu residen Hawai atau pemegang kartu pelajar/mahasiswa untuk sekolah dan universitas diHawai digratiskan.

Dampak Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi.
Dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata, Pitana & Diarta (2009) menyatakan bahwa pada umumnya dampak negative dari pariwisata memiliki magnitude yang lebih kecil daripada dampak positifnya. Dampak negative tersebut diantaranya adalah sebagai berikut Mathieson and Wall, 1982 dalam Leiper, 1990:223): 
  1. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata. Beberapa daerah tujuan wisata sangat maneggantungkan pendapatan atau kegiatan ekonominya pada sector pariwisata.Sebagaimana diketahui, pariwisata sangat rentan terhadap fluktuasi karena berbagai isu (terror, penyakit, konflik, dan lain sebagainya). Begitu pariwisata mengalami penurunan, langsung atau tidak langsung hal itu akan menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi secara berantai
  2. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah. Perputaran uang dalam aktifitas ekonomi di daerah tujuan wisata sangat besar. permintaan barang konsumsi juga meningkat yang pada akhirnya akan memicu laju inflasi. Disisi lain dibangunya berbagai fasilitas pariwisata akan memicu harga tanah di sekitar lokasi tersebut sampai harga yang tidak masuk akal.
  3. Meningkatnya kecendrungan untuk mengimpor barang-barang yang di perlukan dalam pariwisata sehingga produksi local tidak terserap. Hal ini disebabkan karena wisatawan sebagai konsumen dating dari belahan geografis dengan pola makandan menu yang penuh berbeda dengan masyarakat local. Mereka juga memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang sangat berbeda sehinngg kebtuhanyapun sangat berbeda.
  4. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat di prediksikan dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal infestasi juga tidak pasti waktunya. Pariwisata kelihatan hidup pada bulan-bulan tertentu (musiman) sehingga pendapatan dari ekonomi paiwisata juga mengalami fluktasi. Konsekuensinya, pengembalian modal investasi juga tidak dapat di pastikan waktunya.
  5. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat. Hal ini berhubungan dengan degradasi alam, munculnya limbah yang besar, polusi, transportasi, dan sebagainya yang memerlukan biaya untuk perbaikannya.

Daftar Pustaka
Leiper, Neil. 1990. Tourism System: An Interdisciplinary Perspective. Department of Management Systems, Business Studies Faculty, Massey University, Palmerston North, New Zealand
Mathiesen, A. dan Wall, G. 1982.Tourism: Economic, Physical, and Social Impacts. Harlow: Longman
Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengatar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius
Vellas, Francois & Lionel Becherel.2008.Pemasaran Pariwisata Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sumber online:
Waluya, Bagja. Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan[online].Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121- BAGJA_WALUYA/SOSIOLOGI_PARIWISATA/Pariwisata_dan_Kebudayaan.pdf[25September 2012].
Viklund, Andreas (2009). Jurnal MSDM, Bahan Kuliah Manajemen [online]. Tersedia: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/produk-jasa-pengertian-karakteristik.html. [25 September 2012]

6 comments:

  1. salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit

    ReplyDelete
  2. ayo gan,, diperbanyak lagi tulisannya,, biar info2 pariwisatanya lebih lengkap
    http://goo.gl/ZI7RhC

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap gan, sebernya masih bnyak paper yg mau saya publish, tapi lum sempet gan

      Delete
  3. Salam hangat Tuan Musadad, terimakasih banyak sudah menulis materi diatas. Tulisan Anda sangat bermanfaat untuk referensi kuliah saya. Terimakasih banyak

    ReplyDelete