Dari beberapa referensi cetak maupun online, terlihat bahwa kebanyakan
penulis menyebutkan aspek ekonomi pariwisata paling
tidak terkait dengan 5 hal yang satu
sama lain saling berhubungan. Kelima hal
yang terkait aspek ekonomi
pariwisata, di dalam paper ini, sebagian besar dikutip dari buku Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya yang ditulis oleh DR. James J.
Spillane (1987) dan beberapa sumber
online. Berikut adalah kelima aspek tersebut:
1. Lokasi Industri Pariwisata
Lokasi industri pariwisata mempunyai
beberapa pengaruh dan akibat terkait dengan keadaan ekonomi suatu kawasan. Dari
berbagai pengaruh dan akibat tersebut, ada 3 hal yang menjadi fokus dalam
diskusi dalam kaitannnya dengan lokasi sebuah industri pariwisata yaitu:
Pengaruh
terhadap masyarakat daerah
Dengan dibangunnya beberapa fasilitas
pariwisata seperti, hotel,
restoran dan lainnya berpengaruh kepada
masyarakat setempat seperti:
1) Penyerapan
tenaga kerja
Contohnya:
Hotel dan restoran yang membutuhkan banyak karyawan yang sesuai dengan
bidangnya.
2) Promosi
budaya daerah masyarakat
Contoh:
Budaya kita akan lebih dikenal oleh masyarakat luar negeri.
3) Pemberdayaan
hasil alam masyarakat daerah
Contoh:
Bahan baku dan bahan mentah untuk hotel dan restoran seperti, mebel, amentis
hingga bahan makanan.
4) Pengembangan
infrastruktur pendukung didaerah
Contoh:
perbaikan aksesibilitas menju objek wisata, perbaikan untuk sarana penerangan
b.
Akibat
ganda pariwisata
Dengan besarnya pertumbuhan
pariwisata juga berperan ganda dalam terciptanya kesempatan kerja, baik
langsung maupun tidak langsung. Sehingga menekan angka pengangguran.Contoh:
disaat pariwisata tumbuh, maka industry pariwisata juga membutuhkan orang yang andal juga dalam bidang tersebut seperti:
pemandu wisata, driver pariwisata dan lainya.
c.
Berbagai
masalah dalam pariwisata
1)
Berkembangnya pola hidup yang konsumtif di kalangan masyarakat daerah
wisata
2)
Berkurangnya lahan pertanian, karena perluasan kawasan wisata.
3)
Berubahnya gaya atau pola hidup sehari-hari di daerah wisata.
4)
Terganggunya kelestarian lingkungan.
5)
Tenaga
kerja pribumi hanya berada pada level yang bawah.
Contoh:
hanya menjadi, gardener, bellboy,
cleaning service, dan lainnya.
6)
Budaya
dikomersilkan.
Munculnya
berbagai kesenian yang awalanya hanya dipentaskan untuk kepentingan agama,
kemudian demi kepentingan wisatawan dijadikan suatu yang bersifat komersial.
Contoh: Pura
umat Hindu di Bali.
7)
Bahan
makanan yang tidak sesuai standar membuat pihak hotel dan restoran harus
meng-import untuk bahan bakunya dari negara asal. Hal ini membuat tidak
diberdayakannya hasil bumi masyarakat setempat.
Contoh:
beberapa jenis sayuran dan minuman.
8)
Munculnya sex industry yang
membuat masyarakat setempat terpengaruh terhadap budaya luar, sehingga
melanggar dari norma-norma yang berlaku di daerah tersebut.
Contoh:
banyaknya Pub dan diskotek serta tempat karaoke yang beralih fungsi.
2. Sifat Khusus Industri Pariwisata
Menurut Spillane
(1987) pariwisata adalah keseluruhan
rangkaian dan usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan, selama
ia melakukan perjalanan wisata sampai kembali ketempat asalnya. Industri
pariwisata dalam pengertian yang lain ialah industri yang berupa seluruh
kegiatan pariwisata yang utuh. Batasan pengertian tersebut di atas dapat
dirumuskan bahwa pariwisata sebagai industri di sini dapat dipahami dengan
memberikan gambaran mengenai komponen-komponen kepariwisataan dalam industri
tersebut yang saling terkait satu dengan yang lain. Jadi komponen-komponen
kepariwisataan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan rangkaian
jasa yang kait mengait yang dihasilkan industri-industri Lain, misalnya:
industri kerajinan, perhotelan, angkutan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Spillane (1987:87-88)mengatakan industri pariwisata mempunyai ciri-ciri khusus yaitu
sebagai berikut:
Produk wisata tidak dapat dipindahan.
\ Produksi dan konsumsi terjadi pada
saat yang sama.
Pembeli tidak dapat mencicipi bahkan tidak dapat menguji produk.
Produk wisata merupakan usaha yang mengandung
resiko besar.
Sedangkan menurut Kotler (1993:230) dalam
Vicklund, secara keseluruhan produk pariwisata
pada umumnya telah diakui sebagai produk jasa dengan ciri-ciri khusus sebagai
berikut:
Intangibility (Tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi pembelian.
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi pembelian.
Inseparability
(Tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
Variability (Berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
Perishability (Daya tahan)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi pemintaan.
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi pemintaan.
Selain itu, menurut
Vellas(2008) dalam mengatkan bahwa sifat-sifat pariwisata meliputi:
Tidak kasat mata:
Secara fisik, barang-barang yang ditawarkan adalah nyata, dapat
disentuh, dilihat, diperiksa sebelum dibeli, kadang-kadang mempunyai bau yang
unik dan dapat diidentifikasi.Setelah dibeli, barang menjadi milik si
pembeli.Sebaliknya, jasa tidak dapat dimiliki.Jasa dilakukan dan dievaluasi
berdasarkan hasil dari pengalaman yang menyenangkan atau sebaliknya.Kebanyakan
produk pariwisata mempunyai unsur-unsur yang tidak nyata, seperti hotel atau
pesawat udara, tetapi pariwisata menawarkan pelayanan, karena itu produk
pariwisata terdiri atas aspek jasa.
Tidak dapat disimpan
Tidak seperti barang yang nyata, kesempatan menyewakan kamar dan
kesempatan menyewakan tempat duduk di pesawat udara tidak dapat disimpan atau
ditumpuk untuk digunakan di masa datang. Apabila tidak digunakan pada saat itu,
maka akan hilang selamanya. Produk jasa dikatakan dapat hilang atau tidak dapat
disimpan.
Penawaran yang tidak elastis
Produk pariwisata tidak elastis karena tidak dapat menyesuaikan
dengan perubahan permintaan, dalam jangka pendek rnaupun jangka
panjang.Permintaan yang meningkat dan menurun dalam jangka pendek hanva
berpengaruh kecil pada harga.Fluktuasi jangka panjanglah yang menentukan
komposisi produk dan harga jualnya.Produk pariwisata tergantung pada
suprastruktur yang tersedia di destinasi, seperti fasilitas jasa pelayanan,
angkutan, dan akomodasi.
Elastisitas permintaan produk pariwisata
Di sisi lain, permintaan atas produk pariwisata bereaksi dengan
sangat cepat terhadap kejadian dan perubahan dalam lingkungan seperti acaman
keamanan (perang, kejahatan, terorisme, dan lain lain), perubahan ekonomi
(nilai tukar, resesi, dan lain-lain) dan mode yang berubah.
e.
Saling melengkapi:
Produk pariwisata bukan usaha jasa tunggal.Produk ini terdiri
atas beberapa subproduk yang sating melengkapi.Produksi jasa secara keseluruhan
serta mutunya tergantung dari komponen-komponen yang saling melengkapi. Kekurangan
dari salah satu subproduk akan berpengaruh pada produk akhir. Hal ini masih
rnerupakan salah satu kesulitan besar untuk memuaskan para pelaku pemasaran
pariwisata.
Tidak dapat dipisahkan:
Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama, tidak ada
peralihan kepemilikan. Pelanggan — wisatawan — harus hadir ketika jasa
dilaksanakan untuk dinikmati. Pada kenyataannya, para wisatawan sering terlibat
dalam proses produksi. Keikutsertaannya dalam berlibur (kegiatan dan hiburan
yang mereka nikmati) sering kali merupakan komponen penting dari
keberhasilannya.Maka dari itu produksi dan konsumsi disebut sebagai tak
terpisahkan.
Heterogenitas:
Produk pariwisata disebut heterogen karena sebenarnya tidak
mungkin untuk memproduksi dua jasa pariwisata yang identik.Selalu ada perbedaan
dalam mutu apabila sifat dari jasa yang ditawarkan tetap konstan. Heterogenitas
ini memungkinkan adanva sejumlah substitusi dalam sub-sub produk yang berbeda.
Namun, hasil dan produk tidak akan pernah sama. Mengganti satu hotel dengan
hotel lainnya, walaupun dari kategori yang sama, akan menciptakan pengalaman
yang berbeda dan menghasilkan produk akhir yang berbeda. Pengalaman dalam hotel
yang sama dapat juga berbeda. Ukuran kamar jarang sama, kamar mempunyai
pemandangan dan situasi yang berbeda (misalnya, dekat tangga atau lift yang
gaduh).
Biaya tetap yang tinggi:
Harga awal untuk menyediakan unsur-unsur dasar produk pariwisata
seperti angkutan (pesawat udara, kereta api, his, dan lain- lain) dan akomodasi
(hotel, dan lain-lain) sangat tinggi. Investasi yang mahal dibuat tanpa jaminan
bahwa investasi akan diganti dan laba akan diperoleh di masa datang.
i.
Padat karya:
Pariwisata adalah Industri manusia.Bagian dari pengalaman
perjalanan adalah mutu dari pelayanan yang diterima si pengunjung dan
keterampilan pegawai perusahaan pariwisata pada destinasi wisata.Maka dari itu,
ciri dari produk pariwisata adalah rasio yang tinggi antara pegawai dan
pelanggan, khususnya pegawai yang berhubungan dengan pelanggan.
3.
Aspek Penawaran Pariwisata
a.
Proses
Produksi Industri Pariwista
Penciptaan
kempataan tenaga kerja yang bersifat langsung dan sangat menonjol adalah
dibidang perhotelan, suatu industry jasa yang bersifat padat karya (relative
terhadap modal yang ditanam. Dan bidang-bidang lain seperti , biro0biro
perjalanan, pramuwisata, pusat-pusat rekreasi dan kantor-kantor pariwista
pemerintah.Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri, ditunjang oleh
bermacam-macam usaha di antaranya:
1)
Promosi
untuk memperkenalkan objek wisata
2)
Transportasi
yang lancer
3)
Kemudahan
keimigrasian birokrasi
4)
Akomodasi
yang menjamin penginapan yang nyaman
5)
Pemandu
wisata yang cakap
6)
Penawaran
barang dan jasa dengan mutuh terjamin dan relative harga yang wajar.
7)
Pengisian
waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
8)
Kondisi
kebersihan dan kesehatan lingkungan.
b.
Pentingnya
Tenaga Kerja Serta Penyediannya
Tenaga
kerja dilengkapi dengan tenaga kerja pada industry penunjang pariwista, seperti
perusahan kerajinan, dekorasi hotel, toko souvenir dan sebagainya.Perkembangan
pariwisata sangat penting berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja.
c.
Penting
Infrastuktur/Prasarana
Motifasi mendorong orang untuk mengadakan perjalanan
akan permintaan-permintaan yang sama
mengenai prasarana, yaitu prasarana
perhubungan, sarana akomodasi dan jasa-jasa, persiadaan-persedian lain
yaitu sarana-sarana hotel, bar dan restoran, perjalanan wisata, agen
perjalanan dan lain.
d.
Pentingnya
Kredit
Faktor-faktor
penentu dari perhubungan pariwisata adalah pelbagai fasilitas (kredit Bank dan
sebagainya) yang diberikan oleh pemerintah. Kemudahan untuk pembelian tiket, menyewah hotel dan
berwisata.
4. Aspek Permintaan Industri Pariwisata
Setidaknya terdapat 3 faktor yang secara
signifikan mempengaruhi permintaan (demand) industri pariwisata sebagaimana
dikutip dari Spillane (1987:103-108) yaitu:
a.
Faktor Sosio-Ekonomi dan Pariwisata
1)
Undang-Undang Sosial
ILO mengatur
pemberian jumlah hari libur setiap tahun. Dalam konvensi tahun 1970, ILO
menetapkan libur menjadi 3 minggu. Negara maju memberikan hari libur lebih
banyak karena memberikan kesempatan pada karyawannya untuk liburan.
2)
Pendapatan yang Meningkat
Meningkatnya
pendapatan masyarakat berarti meningkat pula masyarakat yang akan melakukan
perjalanan wisata. Masyarakat yang mepunyai pendapatan yang meningkat akan
menyisihkan sebagian uangnya untuk berwisata. Perpedaan penghasilan juga akan
mempengaruhi cara berwisata seseorang. Sebagai contohnya, seseorang yang
berpenghasilan lebih rendah akan melakukan perjalanan wisata dengan cara backpacking.
3)
Pendidikan dan perasaan ingin tahu
Sekolah,
radio, dan TV mengembangkan hasrat ingin tahu terhadap negara dan kebudayaan
lain sehingga mendorong masyarakat untuk berwisata. Saat ini banyak acara yang
menayangkan acara tentang berwisata yang menunjukkan informasi tentang
keindahan alam, peninggalan sejarah, dan informasi menarik lagi.
4)
Urbanisasi dan kebutuhan untuk menghindari kebisingan kota
Kebisingan
kota akan menyebabkan masyarakat mencari kegiatn untuk refreshing dan
mencari kesegaran jasmani.
5)
Hasrat untuk meniru
Mendengarkan
kesan-kesan liburan dari orang lain akan mengembangkan hasrat untuk berwisata.
Saat kita mendengar cerita dari tetangga, saudara, maupun teman yang lain, maka
kita juga akan mencoba melakukan hal yang sama.
b.
Faktor Admistrasi dan Pariwisata
Kemudahan untuk melakukan perjalanan lintas batas negara
memacu masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Untuk melakukan perjalanan
ke negara yang lain, kita dimudahkan dalam mendapatkan ijin tinggal. Kita bisa
mempunyai visa, ataupun Visa On Arrival, ataupun bebas masuk ke negara di satu
kawasan yang sama, contohnya dari Indonesia ke negara ASEAN.
c.
Faktor-faktor teknis: kemajuan dunia angkutan
1)
Angkutan Kereta Api
Kereta api
di Indonesia semakin dimodernisasi dan disesuaikan dengan wisatawan dengan
jalan peningkatan fasilitas, penambahan kecepatan, dan lain-lain
2)
Angkutan Mobil dan Bus
Menggunakan
mobil pribadi saat melakukan perjalan wisata akan lebih memberikan kenyamanan.
Untuk bus juga akan memberikan
kenyamanan ketika bus mempunyai trayek khusus dan tidak banyak berhenti di
jalan.
3)
Angkutan Sungai/Laut
Pemanfaatan
sungai sebagai sarana wisata dilengkapi dengan kapal (boat) yang sesuai dengan
sungai tersebut. Saat ini juga makin berkembang wisata kapal pesiar (cruise
ship) yang mengarungi atlantik, dan eropa.
4)
Angkutan Udara
Banyaknya
kapal terbang dan semakin majunya teknologi akan mendorong masyarkat melakukan
perjalanan lebih jauh. Harga tiket saat ini juga semakin murah.
5. Pasar Industri Pariwisata di Indonesia
Di dalam Spillane (1987), disebutkan
bahwa pasar industri pariwisata di Indonesia setidaknya bisa diidentifikasi
dengan 3 faktor utama yaitu susunan pasar menurut penghasilan konsumen,
pemasaran, dan fasilitas angkutan, pelayanan, dan pola perjananan.
a.
Penghasilan konsumen
Dalam bukunya, Spillane (1987) menyatakan bahwa wisatawan
yang datang ke Indonesia bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
-
Wisatawan internasional pengeluaran tinggi
-
Wisatawan internasional pengeluaran rendah
-
Wisatawan domestik
Menurutnya,
turis-turis domestic dan kelas rendah menggunakan fasilitas-fasilitas yang
ditijukan untuk rakyat.Mereka bepergian memakai angkutan, ppenginapan, dan
makan di restoran-restoran yang lebih murah dibandingkan imbangan mereka yang
jauh lebih mewah sehingga keuntungan terhadap neraca pembayaran dan akibat yang
berganda sangat minimum.Namun kalau diukur pengaruh perkapita turis domestic
dan kelas rendah mungkin sekali mempunyai suatu akibat ekonomis yang lebih kuat
daripada kelas tinggi.Oleh karenanya, menurut dia pengaruh ekonomi kelas rendah
dan domestic mungkin sekali lebih luas dan dirasakan langsung.
b.
Pemasaran
Menurut
H.F Stanley, seorang PATA Konsultan dalam Spillane (1987:116-120) marketing mix
(paduan pemasaran), sebuah strategi operasi untuk mempertemukan penawaran dan
permintaan, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1)
Product
mix
Konsumen atau
pengunjung memerlukan jenis-jenis jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu
seperti hotel, rumah makan, resort, sarana olahraga, sarana untuk keperluan
studi, atraksi budaya, kerajinan dan lain-lain.Hal terpenting dari pengolahan
produk ini adalah pemeliharaan lingkungan alam dan peninggalan sejarah.
2)
Distribution
mix
Hal ini mencakup proses
pengangkutan seorang wisatawan hingga sampi ke tempat wisata.
3)
Communication
mix
Konsumen atau turis
harus diberitahu, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mau mengunjungi
suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bias dilakukan dengan cara sales promotion,
image promotion, pendidikan, latihan, atau penyukuhan, dan pemberian jasa
penerangan pariwisata (buku-buku, dll).
4)
Service
mix
Hal ini merupakan
kebijakan instansi-instansi pemerintah termasuk pejabat pabean, pejabat
imigrasi, pejabat kesehatan, polisi, dan sebagainya untuk menunjang usaha
menarik wisatawan.
c.
Fasilitas
Fasilitas
merupakan hal penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata. Fasilitas itu
melingkupi:
1)
Fasilitas
angkutan
Meliputi angkutan udara,
jalan raya, dan laut.
2)
Akomodasi
Hal-hal yang perlu
diperhatikan terkait akomodasi adalah:
·
Nama
dan lokasi
·
Jenis
dan kamar tiap bangunan
·
Fasilitas
yang diberikan, misalnya restoran, kolam renang, dll
·
Tarip
kamar
·
Jumlah
tamu (occupancy rate) per bulan
·
Jumlah
karyawan menurut jenis tingkat gaji dan pendidikan
·
Masalah-masalah
yang ada di hotel
·
Rencana
untuk membangun/mengembangkan tempat akomodasi yang baru
·
Sumber-sumber
informasi mengenai hal tersebut
3)
Pelayanan
sosial
Pelayanan social
meliputi;
·
Keamanan
(polisi)
·
Pemadam
kebakaran
·
Pelayanan
kesehatan (rumah sakit dsb)
4)
Pelayanan
umum
Pelayanan umum yang
dimaksud disini adalah persediaan, tenaga listrik, pembuangan air, telepon,
radio, telebisi, bahan bakar untuk memasak dll. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah:
·
Kapasitas
dan kualitas system yang ada
·
Penilaian
terhadap sumber-sumber air 9untuk membagun system baru)
·
Sistem
pembangunan saluran air
·
Tenaga
listrik
·
komunikasi
Dampak
positif pariwisata bagi ekonomi
Leiper (1990)
dalam Pitana & Diarta (2009:185-188) menyebutkan bahwa dampak
positif pariwisata bagi perekonomiandiantaranyaadalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dari valuta asing
1. Pendapatan dari valuta asing
Hal
ini terjadi pada wisatawan asing. Walau dibeberapa Negara pendapatan nedara
dari valuta asing tidak begitu besar, namun berberapa negaa misalnya, new
zeland dan Australia, pendapatan valuta asing ini sangat besar dan berperan
secara signifikan.
2. Menyehatkan
neraca perdagangan luar negeri
Surplus
dari pendapatan penukaran valuta asing akan menyebabkan neraca perdagangan
menjadi semakin sehat, hal ini akan mendorong suatu Negara mampu mengimpor
beragam barang, pelayanan dan modal
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.
3 3. Pendapatan
dari usaha atau bisnis pariwisata
Jumlah
wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk local.Pekerjaan di sector
pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata, karyawan hotel dan
restoran, serta karyawan agen perjalanan, penyedia jasa transportasi, pemandu
wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan seterusnya.
4 4. Pendapatan
pemerintah
Sumbangan
pendapatan terbesar dari pariwisata bersumber dari penganaan pajak.Sebagai
contoh, pengenaan pajak hotel dan restoran yang merupakan bagian dari
keuntungan uaha pariwisata hotel dan restoran tersebut.
5 5. Penyerapan
tenaga kerja
Banyak
individu yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.Pariwisata tidak dapat
di pungkiri merupakan lapangan kerja yang menyerap begitu banyak tenaga kerja.
6 6. Multiplier
effects
Efek
multipier merupakan
efek ekonomi yang yang ditimbulkan kegiatan ekonomi pariwisata terhadap
kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah (daerah, negara) tertentu. Jika
seorang wisatawan mengeluarkan 1 USD atau mungkin 1.000 USD, uang terebut akan
menjadi pendapatan bagi penerimanya, misalnya pemilik toko souvenir. Pemilik
toko tersebut memakai uang tersebut seluruhnya atau sebagian untuk membeli
bahan suovenirnya untuk di jual kembali di tokonya, membayar pajak, air, dan seterusnya.
7. Pemanfaatan
fasilitas pariwisata
oleh masyarakat lokal
Wisatawan
dan masyarakat
lokal sering berbagi
fasilitas untuk berbagi kepentingan.Banyak wisatawan mendatangkan keuntungan
yang cukup besa sehingga suatu fasilitas dapat digratiskan pemanfaatanya bagi
masyarakat local.Contohnya adalah wisata bahari Hanauma Bay Hawai, USA.Bagi
wisatawan asing dikenakan biaya USD 5 untuk tiket masuk, sedangkan bagi
wisatawan lokal
dan pemegang kartu residen Hawai atau pemegang kartu pelajar/mahasiswa untuk
sekolah dan universitas
diHawai digratiskan.
Dampak
Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi.
Dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata, Pitana &
Diarta (2009) menyatakan bahwa pada umumnya dampak negative dari pariwisata
memiliki magnitude yang lebih kecil
daripada dampak positifnya. Dampak negative tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut Mathieson and Wall, 1982 dalam Leiper, 1990:223):
- Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata. Beberapa daerah tujuan wisata sangat maneggantungkan pendapatan atau kegiatan ekonominya pada sector pariwisata.Sebagaimana diketahui, pariwisata sangat rentan terhadap fluktuasi karena berbagai isu (terror, penyakit, konflik, dan lain sebagainya). Begitu pariwisata mengalami penurunan, langsung atau tidak langsung hal itu akan menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi secara berantai
- Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah. Perputaran uang dalam aktifitas ekonomi di daerah tujuan wisata sangat besar. permintaan barang konsumsi juga meningkat yang pada akhirnya akan memicu laju inflasi. Disisi lain dibangunya berbagai fasilitas pariwisata akan memicu harga tanah di sekitar lokasi tersebut sampai harga yang tidak masuk akal.
- Meningkatnya kecendrungan untuk mengimpor barang-barang yang di perlukan dalam pariwisata sehingga produksi local tidak terserap. Hal ini disebabkan karena wisatawan sebagai konsumen dating dari belahan geografis dengan pola makandan menu yang penuh berbeda dengan masyarakat local. Mereka juga memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang sangat berbeda sehinngg kebtuhanyapun sangat berbeda.
- Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat di prediksikan dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal infestasi juga tidak pasti waktunya. Pariwisata kelihatan hidup pada bulan-bulan tertentu (musiman) sehingga pendapatan dari ekonomi paiwisata juga mengalami fluktasi. Konsekuensinya, pengembalian modal investasi juga tidak dapat di pastikan waktunya.
- Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat. Hal ini berhubungan dengan degradasi alam, munculnya limbah yang besar, polusi, transportasi, dan sebagainya yang memerlukan biaya untuk perbaikannya.
Daftar Pustaka
Leiper, Neil. 1990. Tourism System: An Interdisciplinary Perspective.
Department of Management Systems, Business Studies Faculty, Massey University,
Palmerston North, New Zealand
Mathiesen, A. dan
Wall, G. 1982.Tourism: Economic,
Physical, and Social Impacts. Harlow: Longman
Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengatar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi
Spillane, James J. 1987. Ekonomi
Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius
Vellas, Francois & Lionel Becherel.2008.Pemasaran Pariwisata Internasional. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Sumber
online:
Waluya, Bagja. Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan[online].Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/SOSIOLOGI_PARIWISATA/Pariwisata_dan_Kebudayaan.pdf[25September 2012].
Viklund, Andreas (2009). Jurnal MSDM, Bahan Kuliah Manajemen
[online]. Tersedia: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/produk-jasa-pengertian-karakteristik.html. [25 September 2012]
salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit
ReplyDeleteSalam hangat juga gan
Deleteayo gan,, diperbanyak lagi tulisannya,, biar info2 pariwisatanya lebih lengkap
ReplyDeletehttp://goo.gl/ZI7RhC
Siap gan, sebernya masih bnyak paper yg mau saya publish, tapi lum sempet gan
DeleteSalam hangat Tuan Musadad, terimakasih banyak sudah menulis materi diatas. Tulisan Anda sangat bermanfaat untuk referensi kuliah saya. Terimakasih banyak
ReplyDeleteSalam hangat juga. Sama-sama, pak.
Delete