Candi
Prambanan merupakan salah satu candi hindu tercantik di dunia. Candi yang
terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah itu dibagun pada abad ke-9
masehi (Adrisijanti, 2011: 7). Untuk menuju ke lokasi candi tersebut tidak
terlalu sulit karena letaknya yang dekat dengan jalan raya Jogja-Solo dengan
jarak dari kota Jogja sekitar 17 km dan dari Solo sekitar 53 km (Donny: 2009).
Karena
kecantikan dan keunikannya itulah banyak sekali wisatawan baik lokal maupun
internasional yang berkunjung ke Candi tersebut. Dengan pengelolaan yang
semakin baik, wisatawan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa
dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik Kunjungan Wisata Candi Prambanan tahun 2011
Akan tetapi jumlah kunjungan wisatawan domestik pada
tahun 2011 mengalami penurunan, terutama disebabkan oleh letusan gunung Merapi
beserta lahar dingin dan abu vulkanisnya.
Terlepas dari penurunan jumlah wisatawan domestik
tersebut, artikel ini akan membahas candi prambanan sebagai sebuah destinasi
pariwisata terkait dengan tiga aspek produk pariwisata yaitu atraksi, ameniti,
dan aksesibilitas. Hal ini karena peningkatan kunjungan wisatawan sebuah
destinasi tidak mungkin terlepas dari ketiga hal tersebut. Beberapa infromasi
yang didapat dari hasil wawancara terhadap beberapa wisatawan juga akan digunakan
sebagai supporting sources.
Atraksi
Dalam buku A Practical Guide to Tourism
Destination Management, UNWTO (United
Nation World Tourism Organization) meneyebutkan bahwa sering kali atraksi merupakan
“the focus
of visitor attention and may provide the initial motivation for the tourist to
visit the destination” (2007: 1). Dari pengertian ini, setidaknya atraksi harus menjadi fokus
perhatian dan motivasi utama seorang wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi.
Terkait dengan hal ini, candi prambanan menawarkan
berbagai atraksi yang sangat indah, dan salah seorang wisatawan asal Jawa Barat
bernama Pak Irawan mengatakan bahwa setidaknya ada 2 atraksi yaitu candi prambanan
itu sendiri dan sendratari ramayana. Wisatawan tersebut juga sangat terkesan dengan
panorama yang ada di candi prambanan. Sementara itu, seorang wisatawan
bernama Yani mengatakan bahwa dia sangat terkesan dengan bangunan atau
arsitektur candi prambanan dan menurut dia itulah objek yang paling menarik
terutama karena faktor sejarah dan kebudayaannya. Dia juga mengatakan bahwa
orang Eropa sangat kagum dengan candi ini karena menurut dia “neng luar negeri khususnya eropa ga ada bangunan sepert itu”.
Amenitas
Dilihat
dari sisi amenitas, komplek candi prambanan menawarkan banyak kenyamanan dan
kepuasan bagi pengunjung. Itu terlihat dari penataan candi baik dari zona 1
sampai zona 3 yang rapi. Lingkungannya juga terlihat bersih. Hal ini ternayta
juga dirasakan oleh salah seorang pengunjung dari Temanggung yang bernama Bu
Gati. Dia mengatakan “bersih kok mas, bagus” saat ditanya mengenai
kebersihan di candi prambanan.
Umumnya memang amenitas (amenity)
dikaitkan dengan fasilitas (facility) sebagaimana yang dikatakan oleh
Pak Irawan saat ditanya mengenai apa yang membuat dia nyaman dan dia menjawab
di candi prambanan tersedia area parkir yang luas, restaurant yang nyaman,
hotel, toilet, mushola, penanda jalan, dan taman yang bagus. Akan tetapi lebih
dari itu, amenitas juga terkait dengan pelayanan. UNWTO menyebutkan bahwa
amenitas adalah “a wide range of services and facilities which support the visitors’ stay
and include basic infrastructure...” (2007: 1). Pelayanan sendiri bervariasi yaitu accommodation, visitor
information, recreations facilities, guides, operators and catering and
shopping facilities (UNWTO, 2007: 2). Oleh karena itu, walaupun dua
wisatawan yang diwawancarai terkesan puas dengan layanan dan fasilitas yang ada
di Candi Prambanan, Bu Gati merasa biasa-biasa aja berkunjung ke destinasi ini
bahkan terkesan tidak begitu puas, “biasa aja mas, lumayan lah.” Hal itu
kemungkinan disebabkan karena dia merasa harga yang ditawarkan di toko souvenir
sangat tinggi dan antara pedagang satu dan pedagang yang lain tidak mempunyai
harga yang sama, “masak pedagang satu nawarin 10 ribu tapi pedagang yang
lain nawarin 25 ribu.”
Pengunjung
juga dipermudah dengan kereta mini untuk mengelilingi komplek candi, “ada
kereta mini, jadi ga capek mas” kata Bu Gati saat ditanya tentang fasilitas
yang ada di candi prambanan. Selain itu pengunujng juga ditawarkan keteduhan, “rumput-rumput
hijau, banyak pohon” kata pak Irawan yang merasa teduh berada di kawasan
candi prambanan karena adanya taman.
Aksesibilitas
Aksesibilitas terutama berkaitan dengan kemudahan menuju
destinasi untuk wisatawan dalam jumlah yang besar, “the
destination should be accessible to a large population” (UNWTO, 2007:11). Letak
candi prambanan yang dekat dengan jalan raya sangat membantu wisatawan dalam
jumlah yang besar untuk menuju kesana karena bisa dilewati kendaraan jenis
apapun. Apalagi sekarang sudah tersedia terminal kecil di dekat jalan masuk
candi tersebut dan bus Trans Jogja sudah sampai terminal Prambanan. Kemudahan
akses ini juga ini dirasakan oleh Lutfi, “penunjuk jalannya jelas, dan
gampang dijangkaulah..”
Kesimpulan
Membuat sebuah destinasi pariwisata yang mampu menawarkan
destination appeal and experience membutuhkan sinergi dari 3
produk wisata; atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Ketika salah satu produk
atau bahkan salah satu unsur sari salah satu ketiga aspek tersebut tidak
terpenuhi, maka pengunjung tidak akan mendapatkan total tourism experience.
Hal ini berbahaya bagi sebuah destinasi pariwisata. Ketika Bu Gati mendapati
harga yang ditawarkan begitu tinggi, maka semua kepuasan yang dapatkan dia
selama di candi prambanan akan berkurang, sedikit atau banyak. Hal ini sesuai
dengan apa yang ditawarkan oleh UNWTO, terkait dengan destination experience,
yang tidak hanya menyebutkan 3A (attraction, amenity, and accessibility)
tetapi juga image, price, dan human
resources (2007: 1).
Daftar pustaka:
_________.
2011. Laporan Tahunan PT TWC Borobudur,
Prambanan & Ratu Boko
tahun 2011. Yogyakarta
UNWTO.
2007. A
Practical Guide to Tourism Destination Management. Madrid: World Tourism
Organization
Adrisijanti,
Inajati., dkk. 2011. Global Heritage Network Site Conservation Assessment
Report: Prambanan Temple Compound. Yogyakarta: Departemen Arkeologi UGM
Donny
(2009). Review Candi Prambanan. [online]. Tersedia: http://www.kitareview.com/Serba-Serbi/Travelling/Candi_Prambanan.html
[14 Oktober 2012]
Sumber
Wawancara:
1. Yani (Mahasiwa – Yogyakarta)
2. Pak Irawan (Pengusaha – Jawa Barat)
3. Bu Gati (Dosen – Temanggung)
No comments:
Post a Comment