oleh Musadad (Mahasiswa S2 Kajian Pariwisata UGM)
Pendahuluan
Desawa ini, banyak sekali tantangan yang mau tidak mau harus dihadapai oleh
sebuah perusahaan. Tantangan-tantangan (environemts) yang bisa datang
dari luar (external) maupun dari dalam (external) tersebut menuntut sebuah perusahaan untuk melakukan
langkah-langkah strategis dan gesit untuk menghadapainya. Sehingga, sebuah
perusahaan akan mengalami apa yang disebut transformasi yang imbasnya terjadi
kepada para SDM-nya bisa datang dari luar (external) maupun dari dalam (internal).
Dalam artikelnya Lasmahandi (2006) menyitir sebuah pernyataan dari Dave Ulrich
(1997), seorang Profesor di bidang Pengembangan Perusahaan dari Universitas
Michigan:
"In the field of Human Resources, death rites have been proclaimed,
eulogies written and funerals prepared for the demise of the HR Function. But
these eulogies are premature. HR as we know it (with images of policy police,
regulators, administrative guardians) has passed, and the rise of the new HR is
well underway"
Dari ungkapan
di atas, terlihat bahwa peran tradisional Fung
si SDM , yang selama ini ada,
tidak dapat lagi dipertahankan sepenuhnya seperti dulu, bila fungsi tersebut
ingin tetap hadir di dalam bisnis. Peran tradisional ini bukanlah tidak
penting, namun peran tradisional tersebut harus diperluas dan diperkaya. Untuk
itulah, maka Fungsi SDM yang ada di perusahaan harus sudah mulai melakukan
perubahan perannya, dari pemain peran tradisional yang pasif, menjadi pemain
peran yang bertindak proaktif dan memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
Berbagai tantangan bisnis yang
semakin bertambah kompleks, mengharuskan perusahaan untuk melakukan
transformasi di bidang manajemen. Dalan hal ini keunggulan perusahaan
ditentukan oleh kapabilitas organisaasi dalam mennsikapi tantangan binis
tersebut. Tantangan-tantangan tersebut, menurut Ulrich (1998) dalam Mujarudin (2006),
adalah sebagai berikut :
Arus
Globalisasi. Globalisasi menciptakan suatu lingkungan yang tidak dibatasi
oleh jarak, ruang dan waktu. Suatu perusahaan atau organisasi dituntut untuk
mampu berpikir secara global dan bertindak secara lokal yaitu dengan
mengalirkan dan mengatur sumber daya manusia, ide-ide, produk dan informasi ke
seluruh dunia guna memenuhi kebutuhan lokal. Selain itu juga dalam membuat
suatu strategi perusahaan dituntut untuk dapat memahami kondisi yang terjadi
dalam lingkungan bisnis tersebut, seperti situasi politik, isu-isu perdagangan
dunia/forum WTO, fluktuasi nilai tukar mata uang asing, dan budaya yang
berbeda. Namun yang paling penting adalah dengan adanya globalisasi, perusahaan
dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan untuk belajar dan berkolaborasi
serta mampu untuk mengelola keragaman (diversity), kekomplekan (complexity)
dan ambiguitas (ambiguity).
Penciptaan
Keuntungan melalui Pertumbuhan. Untuk mampu mencapai keuntungan (revenue)
melalui pertumbuhan diantaranya dapat melalui penciptaan produk, jasa dan pasar
serta informasi yang baru secara kreatif dan inovatif. Selain itu juga dapat
melalui merger, aquisition atau joint venture dengan
kemampuan dan skill yang dapat mengintegrasikan adanya perbedaan proses
dan budaya perusahaan atau organisasi.
Perkembangan
Teknologi. Perkembangan teknologi ini digunakan untuk mendapatkan,
memanfaatkan dan menyebarkan informasi. Selain itu juga perusahaan dituntut mampu
untuk merencanakan, mengembangkan dan mengantisipasi perubahan teknologi,
karena perkembangan teknologi membawa beberapa perubahan diantaranya perubahan
sejumlah tipe pekerjaan, skill, struktur organisasi dan fleksibilitas
organisasi.
Intelectual
Capital. Knowledge merupakan salah satu item yang digunakan
untuk meningkatkan daya saing baik dalam menjual ide (selling idea)
maupun membedakan antara perusahaan satu dengan lainnya dalam melayani
pelanggan (customer). Perusahaan yang sukses merupakan perusahaan yang
mampu menarik, mengembangkan dan mempertahankan individu yang mampu
mengembangkan organisasi secara global dan responsive terhadap pelanggan
dan perubahan teknologi.
Perubahan (change). Perubahan lingkungan bisnis yang seringkali tidak mampu
diprediksi menuntut perusahaan untuk mampu belajar dengan cepat, berinovasi
secara berkelanjutan, menciptakan strategi-straetegi baru, mendeteksi dengan
cepat adanya perubahan trend, membuat keputusan yang tepat dan cepat
dalan menangkap peluang bisnis.
Serangkaian
business chalenges di atas dapat dikalsifikasikan ke dalam 2 jenis,
yaitu internal and external sebagaimana saya singgung di depan. Yang internal
meliputi penciptaan keuntungan melalui pertumbuhan dan intelectual
capital sedangkan yang external meliputi arus globalisasi, perkembangan
teknologi, dan perubahan.Tantangan-tantangan tersebut berimplikasi kepada,
salah astunya, paradigma mengenai human resources yang terkait fungsi dan
perannnya. Peran inilah yang seringkali terjadi transformasi dari yang
tradistional sampai yang modern.
Peran-peran baru Sumber Daya
Manusia
Untuk
menjawab sebuah tantangan bisnis, Ulrich (1997) dalam Walters (2006:33) mengembangkan
peran yang multi-fungsi dari manajemen SDM sebagai sebuah rencana bagi para
proffesional SDM untuk membuat kerjasama bisnis yang diminta menjadi kenyataan.
Peran multi-fungsi ini membuat para profesional SDM harus belajar bagaimana
mempunyai peran yang profesional dan strategis. Setidaknya ada 4 prinsip peran
SDM yang harus dikuasi oleh mereka yang ingin menguasai peran strategis dan
profesional. Peran tersebut antara lain:
- Management of strategic human resoources (strategic partner)
- Management of infrasructure (administrative expert)
- Management of employe contribution (employee champion)
- Management of transformation and change (change agent).
Selanjutnya
Ulrich (1997) dalam Nurhayati (2001:5-6), menjelaskan lebih lanjut mengenai
empat peran baru sumberdaya manusia yaitu:
1. Mitra strategik (strategic
partner)
Para
eksekuitf sumberdaya manusia harus mendorong dan memandu terjadinya diskusi
serius tentang bagaimana perusahaan harus diorganisasi untuk melaksanakan
strateginya. Dalam hal ini ada empat langkah yaitu : sumberdaya manusia harus
bertanggung jawab untuk mendefinisikan arsitektur organisasional, malakukan
audit organisasional, mengindentifikasi metode untuk merenovasi bagaimana
bagian arsitektur organisasional dan mengambil inisiatif dan menyusun
prioritas. Peran ini berfokus pada penggabungan strategi dan praktik-praktik
sumberdaya manusia dengan strategi bisnis. Para profesional sumberdaya manusia
bekerja untuk menjadi mitra strategik, membantu memastikan kesuksesan strategi
bisnis. Dengan melakukan peran ini profesional-profesional sumbardaya manuisa
meningkatkan kapasitas bisnis untuk melaksankan strateginya. Penerapan strategi
bisnis ke dalam praktik-praktik sumberdaya manusia membantu bisnis dalam tiga cara
yaitu : bisnis dapat beradaptasi terhadap perubahan, bisnis dapat memenuhi
permintaan pelanggannya dan bisnis dapat mencapai kinerja keuangan melalui
pelaksanaan strategi yang lebih efektif.
2. Ahli administratif (administrative
expert)
Sumberdaya
manusia harus memperbaiki efisiensi dari fungsi tradisional mereka dan
keseluruhan organisasi. Dalan hal ini membutuhkan profesionalprofesional sumberdaya
manusia yang mendesain dan menghantarkan proses sumberdaya manusia yang efisien
untuk staffing, rewarding, training, penilaian, promosi dan pengelolaan
lain pekerja melalui organisasi secara efisien. Perbaikan efisiensi ini pada
gilirannya akan membangun kredibilitas sumberdaya manusia yang pada gilirannya
akan membuka pintu baginya untuk menjadi mitra strategik..
3. Pejuang pekerja (employee
champion)
Sumberdaya
manusia harus berbuat lebih banyak secara terus menerus yang dapat meningkatkan
komitmen dan kontribusi pekerja. Pada perusahaan-perusahaan dimana modal
intelektual menjadi sumberdaya kritis nilai perusahaan, profesional-profesional
sumberdaya manusia akan menjadi aktif dan agresif dalam kesuksesan organisasi.
Dalam hal ini profesional-profesional sumberdaya manusia harus memahami
kebutuhankebutuhan pekerja dan memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut telah
terpenuhi. Dengan cara ini diharapkan kontribusi pekerja terhadap organisasi
akan meningkat.
4. Agen perubahan (change agent)
Sumberdaya
manusia harus membangun kapasitas organisasional untuk menangkap dan
mengkapitalisasi perubahan. Inisiatif perubahan difokuskan pada penciptaan tim
yang berkinerja tinggi dalam mengimplementasikan teknologi baru yang
dikembangkan dan disampaikan dengan cara dan pada waktu yang tepat. Tantangan
yang paling berat bagi organisasi adalah tantangan untuk merubah kultur
organisasi. Guna melahirkan kultur baru, sumberdaya manusia harus melakukan
empat langkah, yaitu : mendefinisikan dan menjelaskan konsep dari perubahan
kultur, membuat pernyataan mengapa kultur merupakan pusat dan keberhasilan
bisnis, mendefinisikan suatu proses untuk menafsirkan kultur saat ini dan
kultur baru yang diinginkan serta mengukur kesenjangan diantara keduanya dan mengidentifikasi
pendekatan alternatif terhadap penciptaan perubahan kultur.
Menurut
Ulrich (1998) dalam Nurhayati (2001), tingkat pelaksanaan keempat peran sumberdaya
manusia (sebagai mitra strategik, ahli administratif, pejuang pekerja dan agen
perubahan) dalam tiap organisasi berbeda-beda. Demikian juga dengan
keheterogenan atau kehomogenan pelaksanaannya dan hubungan antar berbagai peran
tersebut.
Selain
itu Ulrich (1998) juga mengatakan bahwa peran tersebut mensyaratkan kemampuan
dan keahlian baru (this is a new role for HR and therefore it may have to
acquire new skills and capabilities). Oleh karenanya, kemapuan dan keahlian
harus dijabarkan lebih lanjut untuk mendapatkan kesuksesan dari sebuah
perubahan manajemen. Kriteria sukses dalam masing-masig peran baru SDM
dituliskan oleh Nurhayati (2001) sebagai berikut:
Kritera Sukses Bagi Empat Peran
Baru Sumberdaya Manusia
Peran SDM
|
Kriteria Sukses
|
Strategic partner
|
- Kepedulian pada bottom
line
|
|
- Memahami pasar dan bisnis
- Menjamin kesuksesan eksekusi
strategi
- Mempunyai visi jangka panjang
tentang arah bisnis
- Menterjemahkan berbagai
stratregi menjadi kegiatan MSDM
- Mampu untuk mendiagnosis
organisasi dalam penentuan kekuatan
dan kelemahan
|
Administrative expert
|
- Merancang dan mengembangkan
proses MSDM yang efisien untuk
mendukung pencipataan “habitat” organisasi
- Menciptakan infrastruktur
organisasional melalui penilaian dan
perbaikan proses MSDM secara konstan
- Melakukan kegiatan yang
mengarah pada reengineering proses
pekaerjaan secara kontinu
- Menganalisis dan memberikan
tanggapan terhadap kebutuhan
organisasioanl
|
Employee champion
|
- Memahami berbagai SDM yang
potensial mengantisipasi
kebutuhan pengembangan mereka
- Menekankan identifikasi
kompetensi yang dibutuhkan untuk
mengeksekusi strategi di masa mendatang,
bukan hanya
kebutuhan sekarang
- Mempunyai kapabilitas
manajemen pendidikan dan pelatihan
- Menganalisis berbagi cara
penyediaan sumberdaya yang
dibutuhkan karyawan dalam memenuhi
tantangan baru
- Mampu untuk mengembangkan komitmen
terhadap tindakan
|
Change agent
|
- Mampu untuk
mengimplementasikan perubahan strategi
- Mampu untuk mengembangkan
pembelajaran organisasional dan
tim kerja serta membina hubungan
- Mampu untuk menciptakan sense
of urgency
- Mampu untuk berfikir konseptual
dan mengartikulasi pemikiran
- Mempunyai sense of purpose
malalui suatu fokus dan sistem nilai
|
Sumber: Ulrich (1997).
Profesional
SDM, menurut Nurhayati (2001) seringkali disebut dengan mitra bisnis, yang
kadang diartikan secara sempit sebagai profesional sumberdaya manusia yang
bekerja dengan manajer-manajer umum untuk mengimplementasikan strategi yaitu
sebagai mitra strategik. Akan tetapi, saat ini konsep mitra bisnis telah
berubah tidak hanya sebagai mitra strategik saja, tetapi juga sebagai ahli
administratif, pejuang karyawan dan sebagai agen perubahan. Supaya berhasil,
ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi berkenaan dengan empat peran kunci
dari sumberdaya manusia ini, seperti nampak pada tabel di atas.
Dalam
suatu organisasi, jika satu orang menjadi arogan dan tidak respek terhadap yang
lain maka semua akan menanggung dan merasakan akibatnya. Demikian juga dengan
bidang sumberdaya manusia ini. Masingmasing peran ini adalah esensial terhadap
seluruh peran sumberdaya manusia. Jadi keempat peran baru sumberdaya manusia
tersebut merupakan suatu kesatuan. Seringkali organisasi mengutamakan peran
tertentu saja dan mengabaikan peran yang lain sehingga dapat mengakibatkan
tidak efektifnya fungsi sumberdaya manusia.
Penutup
Dengan model banyak peran dari
sumberdaya manusia akan membantu dalam menilai seluruh kualitas layanan dan
jasa sumberdaya manusia. Selain itu, alokasi nilai diantara berbagai peran
sumberdaya manusia menunjukkan persepsi saat ini tentang fungsi sumberdaya
manusia, mengidentifikasi bidang-bidang sumberdaya manusia yang tumbuh lebih
kuat atau lebih lemah, serta untuk mengevaluasi kinerja sumberdaya manusia saat
ini. Fryzel &Wang (1994) dalam Nurhayati (2001) menagatakan peran baru
sumberdaya manusia akan lebih banyak memberikan nilai tambah bagi organisasi
agar lebih efektif dan kompetitif melalui penurunan biaya, berorientasi pada
pelanggan, meningkatnya produktifitas serta komitmen pekerja, dan lain-lain.
Pelaksanaan
peran sumberdaya manusia ini penting untuk dikomunikasikan dan dikembangkan
secara terus menerus guna meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan
mereka. Selanjutnya, mereka dapat mengintegrasikan peran sumberdaya manusia
kedalam kerangka kerja dan alat-alat diagnostik yang digunakan dalam
perencanaan karir, suksesi, seleksi dan pengembangan sumberdaya manusia, serta
ke dalam seluruh sistem organisasi.
Daftar Pustaka
Lasmahadi, Arbono (2002). Peran-Peran Baru Bagi Fungsi Sumber Daya
Manusia [online]. Tersedia: http://www.epsikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=141
[13 September 2012].
Mujarudin, Wahyu (2006). Perubahan Peran dan Transformasi Fungsi
Sumber Daya Manusia dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility. Jurnal
Manajemen. Vol 5, No 2
Nurhayati, Siti F. (2001). Analisis Implementasi Peran
Sumberdaya Manusia sebagai Mitra Strategik, Ahli Administratif, Employee
Champion, dan Agen Perubahan: Studi pada Top Companies di Indonesia. Jurnal
Siasat Bisnis. No.6 Vol. 1. 1-20
Ulrich,
D. 1997. Human Resource Champions : The Next Agenda for Adding Value and
delivering Result. Boston : Harvard Business School Press.
Ulrich,
D. 1998. A New Mandate for Human Resources. Harvard Resource Planning,
January-February.
Walters, Gerrit (2006). The Effectiveness of a
Human Resources Function within a Public Utility. Disertasi. University of
South Africa: Tidak diterbitkan.
No comments:
Post a Comment